MENGURAI BENANG KUSUT KADERISASI
(sebuah
catatan renungan arah modul kaderisasi.....)
Sebuah Renungan
Perjalanan roda organisasi PC PMII Jepara telah berjalan hampir dalam titik akhir periodesasinya sejak dikukuhkan lewat pelantikan sebagai kader struktural yang
mempunyai serta mengemban banyak tanggungjawab dan persoalan internal
kaderisasi maupun eksternal pengawalan kebijakan pemerintaah daerah, nasional, begitu juga perkembangan
politik Internasional. Pelantikan yang
dipahami kebanyakan orang sebagai ritual
ceremonial telah saya maknai berbeda, yakni sebagai awal
penyulutan api perjuangan untuk mengabdikan diri, tenaga, pikiran, intelektual sebagai
modal mendasar untuk menyusun langkah-langkah
strategis dalam rangka ihtiyar berjamaah untuk
‘mengurai benang kusut kaderisasi’
yang pada
orientasinya dapat digunakan secara merata sebagai
acuan untuk meneruskan tradisi intelektual dan pergerakan kader PMII agar tidak lagi merasa buntu pikir dalam
menyusun, merencanakan dan mengagendakan kegiatan-kegiatan progresif.
Setrategi yang dipilih oleh PC PMII Jepara adalah
dengan menyusun modul kaderisasi. Dalam
prosesnya tentu berdasarkan pada analisis permasalahan internal maupun eksternal PMII. Dengan jalan
diskusi, dialektika, tukar pikir, serat diiringi harmonisasi perdebatan yang
dinamis. Semua proses tersebut dilalui demi mendapatkan hasil yang maksimal, terlebih permasalahan seputar
kaderisasi tidak semudah yang dibayangkan sebelumnya. Hal tersebut memang dapat dipahami karena
sejatinya PMII adalah organisasi kader.
Justru perbincangan bertemakan kaderisasi PMII seharusnya memang senantiasa
diperbincangkan karena pola kaderisasi PMII tidaklah bersikap tetap, namun
dapat berubah menyesuaikan kondisi, waktu dan zamannya. Tinggal bagaimana kader
PMII mampu atau tidak menempatkan diri untuk keluar dari belenggu waktu dan
zaman.
Adalah menjadi keawajaran jika pusat pergerakan PMII terletak pada
kader-kader potensial yang dimiliki. Dalam konteks kederisasi, proses
pembangunan sumber daya keilmuan kader merupakan agenda yang tidak bisa
ditawar-tawar lagi. Artinya, proses pendewasaan kader untuk senantiasa
mengikuti format panjang kaderisasi, baik formal, informal maupun nonformal
harus dilalui oleh setiap kader. Tujuannya adalah untuk membangun disiplin
diri, mempertajam intelektual, merencanakan bangun kerangka teoritik yang
matang, memahami nilai-nilai pergerakan dan nilai aswaja sehingga kader
mempunyai kematangan pribadi yang kukuh dalam mengenal jati diri, arah
organisasi PMII dan tentunya sebagai bekal untuk mengarungi kehidupan yang
kompetitif.
Menterjemahkan hasil diskusi, dialektika, evaluasi dan refleksi
kaderisasi PMII yang melibatkan banyak pihak selama ini menunjukkan bahwa PMII
Jepara mengalami interregnum
atau kemandekan gerakan. Fakta tersebut sebenarnya
bertentangan dengan apa yang pernah disampaikan oleh mantan ketum PKC, sahabat
Kusdianto dalam sambutan buku kaderisasi tahun 2010. Hal ini sekali lagi
mempertegas bahwa pola kaderisasi memang benar-benar tidak tetap, namun berubah
mengikuti perkembangan waktu dan zaman.
Kemandekan yang saya maksud dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Mengaca dari hasil Muspimcab
pada hari sabtu – minggu, tanggal 23 - 24 Pebruari
2013 yang bertempat di gedung KBIH Jabal Nur (KH. Uzeir) Bandengan Jepara telah
menemukan beberapa permasalahan internal maupun eksternal, diantaranya adalah
adanya sifat pragmatis, hedonis, kesibukan pribadi sampai pada timbulnya kader biologis.
Sebenarnya semua sebab keterpurukan kader PMII merupakan sebab-sebab klasik
yang hingga kini semakin mengakar kuat karena selama ini kader bersikap tidak
peduli dan tidak mampu meramu potensi diri untuk mengobati penyakit kaderisasi
yang kian membususk dalam hati, pikiran dan kepribadian kader.
Semua gejala tersebut hanya sebatas permasalahan internal PMII, belum
lagi permasalahan eksternal yang kian pelik. Permasalahan daerah yang
semestinya menjadi pekerjaan rumah bersama pada akhirnya terbengkalai karena
egosentris yang dibesar-besarkan. Jika keadaan terus demikian, PMII tidak akan
mampu berkompetisi, ikut serta mengabdikan dirinya dan berbicara banyak terkait
permasalahan nasional, apa lagi internasional.
Tindakan Strategis
Bagi PMII, yang seharusnya dilakukan sekarang adalah tetap meningkatkan
kapasitas diri agar apa yang menjadi cita-cita keorganisasian dapat tercapai,
begitu juga cita-cita kebangsaan dan kenegaraan. Salah satu bentuk peningkatan
tersebut adalah pemberdayaan setiap lapisan struktural PMII; baik PB, PKC, PC,
PK maupun pengurus Rayon, tidak ketinggalan pula BSO yang berdiri secara independen.
Tujuannya adalah agar setiap struktural dapat bergerak sesuai wilayah
masing-masing untuk menghindari
tumpang tindih gerakan. Maka dari itu, kita perlu merumuskan instrumen dan
kerangka gerak yang jelas untuk menopang bagi pengembangan organisasi,
pembangunan kaderisasi dan gerak eksternal organisasi.
Sedikit memahami apa yang kita kenal dengan sistem multilevel
startegi sebagai sistem kaderisasi PMII yang kita lakukan adalah memahami
medan tempur (warring position) keder di semua tingkatan, misalnya pola
pendekatan strategi global front, national front, local front atau
sentrum (gerakan berbasis kawasan) maupun university and fakulty front.
Berbagai pola gerakan tersebut tentu membutuhkan kerangka planning yang tepat,
karakter yang kuat, mental yang tangguh, pengetahuan yang mumpuni, skill yang
memadai, jaringan yang dapat digerakkan, maka konsentrasinya adalah pada
penguatan ideologi, mentalitas/kepribadian, pengembangan pengetahuan dan skill kader sesuai disiplin ilmu dan potensi masing-masing sehingga kader
gidak salah dalam mengambil langkah atas dirinya sendiri untuk mengabdikan
dirinya pada PMII (Kaderisasi PKC:
2010).
Mempertanyakan Arah Modul Kaderisasi
Harapan dari modul kaderisasi yang (saat ini) ada di tangan sahabat merupakan salah satu bentuk jawaban konkrit kondisi kritis untuk mensikapi segala bentuk persoalan yang semakin
akut dilingkup internal kaderisasi PMII. Konten
modul kaderisasi yang disusun tidak lain adalah kumpulan dari berbagai
materi kurikulum kaderisasi PMII yang meliputi kaderisasi formal, nonformal
sampai informal yang dihimpun dari beberapa literatur dan sumbangsih pemikiran
kritis dialektis dari kader ‘pilihan’ PMII yang diterbitkan oleh Biro Kaderisasi PC PMII Jepara.
Orientasi dari modul kaderisasi ini adalah agar kader PMII struktural maupun
kultural mampu memahami secara utuh arah gerak, mengetahui bagaimana menjadi
kader mu’takid, mempunyai ideologi, karakter pergerakan yang kuat. Tidak lagi menjadi kader pemeriah agenda yang
terus merasa teralienasi antar anggota,
frustasi, bingung dan
berada dipersimpangan jalan yang akhirnya terasing ditempat baru dan lama
kelamaan terasing dari negeri sendiri dan tradisi intelektualnya (Ariel Heryanto, IP: 2012).
Harapan besar sebagaimana diatas merupakan harapan
dalam posisi idealitas positivistik. Namun dalam analisis saya secara subjektif
dengan mempertimbangkan berbagai
dinamika dan gejala sosial melihat naskah materi yang disajikan oleh tim
penyusun modulasi kaderisasi yang dalam penyusunannya memakan waktu yang cukup
panjang masih terdapat kekurangan-kekurangan yang sifatnya sangat mendasar.
Materi BSO FKJ, sanggar seni Eling dan perumusan arah pergerakan dari kader
yang ada di kampus STTDNU pun juga belum terarah secara matang karena tim belum
dapat menemukan formulasi yang jelas. Penulis sudah pernah menawarkan beberapa
solusi terkait dengan kepastian arah gerak
sahabat-sahabat STTDNU, yaitu
memanfaatkan sanggar seni Eling agar menyusun konsep baru untuk memfasilitasi
mereka agar mampu berekspresi lewat karya dalam arahan Eling.
Artinya, sanggar seni Eling tidak hanya menggarap
seni budaya namun juga mengembangkan sayap kurikulum kaderisasi yang
mengusung modernisasi dengan konsep baru
terkait dengan desain grafis. Usaha lain yang dapat diaplikasikan sebenarnya
adalah menjadikan kampus STTDNU menjadi ISI nya Jepara, itupun jika pemikiran
semacam ini tidak dituduh sebagai pemikiran yang berlebihan dalam bermimpi atau
dianggap telalu mengada-ada dan berkhayal oleh kaum psimistis. Dan dengan tegas
saya katakan kenapa tidak? Toh dengan dukungan transformasi INISNU menjadi UNISNU
merupakan langkah awal untuk menuju kesana. Dirasa berat dan sulit memang, namun
semua keberhasilan yang diawali dengan pemikiran yang otentik tersebut juga
kudu didukung dengan pengelolaan manajemen serta pemetaan pelaksana kerja
dengan baik. Nampkanya usulan seperti ini masih dipandang sebelah mata oleh kebnayakan
kader di Jepara dengan penuh rasa sadar akan psimistisnya.
Dalam penyusunan secara menyeluruh juga dapat
disimpulkan bahwa tim kurang bekerja dengan maksimal. Hal tersebut dilihat dari
komitmen dan hasil pemikiran yang diperdebatkan sahabat-sahabat masih tercium indikasi malas berpikir.
Realitas seperti inilah yang kemudian membuat saya menjadi bimbang, ragu dan
balik mempertanyakan hasil dari modul kaderisasi nantinya, apalagi modul
tersebut digembar-gemborkan oleh Kabid
dan Biro terkait dari awal sebagai karya besar periode 2012-2013. Namun
kenyataannya apa yang telah diucapkan tidak lagi sesuai dengan apa yang
dikerjakan karena hingga detik-detik konfercab belum ada kejelasan bagaimana
nasib dan kapan modul akan dilokakaryakan sebagai bentuk sosialisasi dan
tanggungjawab sosial terhadap kader.
Entah disebabkan oleh rendahnya komitmen tim
penyusun yang mulai merasa bosan atas tugas pribadinya atau lemahnya pengawasan
dari ketua umum sebagai penanggungjawab, namun kenyataannya kedua sebab
tersebut saya pikir ikut menyumbang ketidakpastian modul kaderisasi. Terlebih
saat ini tim penyusun mulai dihinggapi rasa dilema, dilain sisi merasa gagal
jika modul yang dijanjikan tidak sampai dilokakaryakan, disisi lain hasil
pemikiran yang diguratkan dalam modul kaderisasi akan terkesan asal-asalan
tanpa meninggalkan asas kualitas dan
kemanfaatan dikemudian hari.
Dengan adanya masalah seperti ini seharusnya
menjadi pelajaran bersama bagaimana agar lebih baik dan dewasa dalam menentukan
arah atau PR program kerja organisasi. Semoga saja ini tidak berdampak pada
kualitas dari modul karena sejujurnya tidak sedikit pikiran intelektual dan moral dipertaruhkan, diperas untuk menyusun modul sebagai bentuk investasi moral kaderisasi PMII Jepara. adapun dikemudian hari terdapat kekurangan, maka tugas selanjutnya adalah
menyempurnakan sesuai dengan tantangan zaman yang semakin membelit dengan segala kompleksitasnya.
Salam Pergerakan Sahabat......
0 komentar:
Posting Komentar