KOMERSIALISASI DAN EKSPLOITASI MEDIA MASSA

A.    Sebuah Pendahuluan

Peradaban yang terus maju dan berkembang, telah menghadapkan kita kepada situasi sosial yang selalu dinamis. Begitu pula dengan kondisi kekinian saat ini, media telah membanjiri berbagai ruang dan scope dalam kehidupan manusia. Konsekuensi logis yang terjadi adalah segala aspek kehidupan manusia tak terlepas dari keberadaan media sebagai sarana komunikasi dan informasi. Saluran televisi baik yang terestrial, satelit maupun digital dan stasiun radio yang jumlahnya tak terhitung telah memenuhi gelombang udara kita. Surat kabar, majalah, buku, komik, film, video dan animasi saling bersaing untuk mendapatkan waktu kita yang sangat berharga. Bahkan berselancar di internet sudah menjadi aktivitas sehari-hari bagi sebagian besar masyarakat yang hidup dalam dunia industri ini. Seolah-olah melek media merupakan hal yang lazim dan mutlak dimiliki oleh setiap individu. Namun, seiring dengan berjalannya waktu peranan media pun semakin bergesar, bahkan beralih fungsi dari fungsi semestinya.(Fatma Dita P).

MENGURAI BENANG KUSUT KADERISASI


(sebuah catatan renungan arah modul kaderisasi.....)


Sebuah Renungan
Perjalanan roda organisasi PC PMII Jepara telah berjalan hampir dalam titik akhir periodesasinya  sejak dikukuhkan lewat pelantikan sebagai kader struktural yang mempunyai serta mengemban banyak tanggungjawab dan persoalan internal kaderisasi maupun eksternal pengawalan kebijakan pemerintaah daerah, nasional, begitu juga perkembangan politik Internasional.  Pelantikan yang dipahami kebanyakan orang  sebagai ritual ceremonial  telah saya maknai berbeda, yakni sebagai awal penyulutan api perjuangan untuk mengabdikan diri, tenaga, pikiran, intelektual sebagai modal mendasar untuk menyusun langkah-langkah strategis dalam rangka ihtiyar berjamaah untuk  ‘mengurai benang kusut kaderisasi’  yang pada orientasinya dapat digunakan secara merata sebagai acuan untuk meneruskan tradisi intelektual dan pergerakan kader PMII agar tidak lagi merasa buntu pikir dalam menyusun, merencanakan dan mengagendakan kegiatan-kegiatan progresif.

Gantian, DPR yang Anti Kritik


Beberapa hari ini kita dikejutkan dengan kabar pemberitaan yang sangat mengherankan sekaligus memprihatinkan. Bagaimana tidak, anggota DPR sebagai lembaga yang dituntut untuk bersikap mendukung peran pemberantasan korupsi justru berniat memidanakan organisasi antikorupsi nasional (ICW) hanya gara-gara merilis 36 anggota DPR yang dianggap tidak mempunyai komitmen yang baik dalam upaya menjalankan tugas legislatif dan keikutsertaannya dalam pemberantasan korupsi.

“Perempuan, Antara Kehidupan Sosial dan Politik”


 
A.    DASAR PEMIKIRAN
Budaya patriarki merupakan sumber utama dimana ketidakadilan gender terhadap perempuan menjadi realitas yang sangat merugikan, baik dalam bentuk violence, stereotype, subordinasi, marginalisasi maupun double burden.

Budaya patriarki telah mendasari bagaimana relasi sosial yang terbentuk baik dari perspektif “kelas” ataupun yang lainnya menjadikan posisi dan representasi kehadiran serta kepentingan perempuan mendapatkan perlakuan yang tak setara dibandingkan kaum laki-laki. Narasi besar kondisi patriarkal ini mewujud pada struktur-struktur sosial, politik, ekonomi dan budaya dalam realitas sosial dan telah dilanggengkan secara dominatif maupun hegemonik untuk mem-pertahankan “kekuasaan”  tersebut.
Memasuki era kesetaraan gender, stigma-stigma politik itu maskulin atau politik itu adalah “dunianya laki-laki” seharusnya tidak lagi relevan. Sudah saatnya perempuan tidak lagi hanya sebatas menjadi penonton panggung politik, melainkan ikut terlibat menjadi aktor di dalamnya. Affirmative action melalui kebijakan kuota 30% keterwakilan perempuan di legislatif contohnya, dapat menjadi pintu masuk yang mendorong partisipasi perempuan di ranah politik. Pada intinya, signifikansi keterlibatan perempuan di ranah politik adalah berdasarkan adagium politik : politic is personal, yaitu bahwa politik adalah sesuatu yang personal dan dekat dengan keseharian kita.

MENANTI DKD DALAM KEBUDAYAAN JEPARA


Tulisan ini saya persembahkan untuk kawan-kawan, saudara-saudara dan sedulur-sedulur pegiat, pelaku seni budaya Jepara. Tulisan ini dibuat persis setelah pelantikan Dewan Kesenian Daerah (DKD) Jepara resmi dilantik oleh Sekda Kabupaten Jepara, ir. Sholih di Pendopo Kabupaten Jepara. ke sajaungkinan besar ketika kata-kata ini disusun dengan sederhana, rangkaian acara pelantikan yang diselenggarakan oleh panitia masih berlanjut. Meskipun tidak secara utuh mengikuti rangkaian acara sampai selesai bukan berarti data sebagai rujukan valid untuk menuangkan dan menjelaskan kemana arah tulisan ini bermuara kiranya dianggap cukup apa yang ditulis nanti menjadi pertimbangan atau -hanya sekedar- gambaran apa yang musti dilakukan pasca pelantikan. Bukan bermaksud menggurui para profesional seni budaya, namun bukankah menerima sebuah kebenaran, menerima saran dan kritik dengan rendah diri menserminkan kedewasaan pola pikir?


KOMPENSASI BBM, SOLUSI TANPA PRESTASI ??


Memang benar, tidak ada issu yang paling gencar, menarik dan heboh diberitakan oleh media massa (elektronik dan cetak) nasional manapun di ndonesia dan menjadi bahan yang penting diperbincangkan oleh masyarakat segala kelas kalau tidak masalah kenaikan harga BBM (Bahan bakar Minyak). Wajar saja fenomena tersebut terjadi karena BBM merupakan komoditi dasar yang menjadi bahan terpenting dalam menentukan kebutuhan pokok masyarakat indonesia atau dunia.
Tanpa mengesampingkan betapa besarnya manfaat BBM dalam kehidupan sehari-hari, kiranya ada hal yang sangat urgen untuk didiskusikan dalam kesempatan ini, yaitu keputusan Pemerintah dengan dukungan DPR melalui voting pengesahan RAPBN-P 2013 yang sekaligus menandai bahwa subsidi BBM telah dicabut, artinya bahwa secara otomatis harga BBM akan  naik dengan kisaran untuk premium naik Rp.2.000, dari Rp.4.500 menjadi Rp. 6.500 dan solar Rp.1.000 dari Rp.4.500 menjadi Rp.5.500. Kabar terkait naiknya harga BBM Nasional memang  sudah  beberapa bulan terakhir bergulir ditengah-tengah masyarakat –terlebih kelas bawah- yang juga menjadi bayang-bayang ketakutan dan kekhawatiran massal. Ironisnya  sampai saat ini pun (19/07) pemerintah masih terkesan ragu karena belum mampu menetapkan kapan waktu yang tepat untuk menaikkan harga BBM. Dengan demikian maka sekali lagi masyarakat kelas bawah seakan diombang-ambingkan, dibuat galau oleh Pemerintah dan DPR dengan kebijakan yang tidak prorakyat. Alasan inilah yang kemudian mengapa issu terkait dengan kenaikan harga BBM masih hangat dan relevan untuk dibahas.

PMII 'anti' KRITIK??


Terdapat fenomena yang sangat mengagetkan sekaligus memprihatinkan jika kita melihat terjadinya aksi demonstransi yang dilakukan oleh aktivis PMII dari Rembang, Pati, Kudus, Demak, dan Jepara yg tergabung dalam aliansi PMII Pantura Raya. Dengan semangat berapi-api yang penuh dengan gugatan dan tuntutan yang ditujukan pada Bupati Rembang, Much. Salim dengan menggelar aksi blokade jalan pantura di depan gedung Pemkab Rembang pada hari Senin, 3 Mei 2013 lalu.