JAWABAN ATAS REALITAS “kegalauan” MAHASISWA KPI JEPARA
Terdapat fenomena yang unik sekaligus menarik untuk segera diperdebatkan ketika menakar kualitas masing-masing program studi PT. Ada yang secara vulgar menuduh prodi tertentu paling baik dengan segala keunggulannya, sementara prodi yang lain menjadi prodi yang disorientasi dan tak layak jual tentu dengan segala kekurangan dan keterbatasannya. Asumsi atuapun pendapat memang
bersifat subjektif, namun ketika suatu asumsi itu tidak memiliki landasan dasar
yang ilmiah maka dapat dikatakan ngawur. Seperti halnya ketika kita
membincang mengenai kualitas fakultas dakwah. Tidak sedikit masyarakat menganggap bahwa mahasiswa fakultas dakwah
tidak jelas arah kompetensinya, banyak pula mahasiswa diluar fakultas dakwah
yang menjastis bahwa lulusan fakultas dakwah
tidak layak jual (marketable) yang pada intinya asumsi-asumsi tersebut
secara tidaklangsung memarjinalkan dan memandang sebelah mata fakultas dakwah.
Semua anggapan itu tidak ada salahnya memang, namun juga tidak sepenuhnya benar
dan dibenarkan karena dalam menilai sesuatu harus memandang keadaan objek kajian secara objektif terlebih
dahulu.
Dalam menentukan marketable atau
tidaknya suatu hal tidak semata-mata dapat dilihat dari satu sisi saja,
misalkan dari segi sekualitas, meskipun kualitas sendiri cukup signifikan dan mempengaruhi dalam menentukan posisi objek dalam sebuah penilaian. Disamping itu, perlu kiranya melihat sisi
yang lain pula, misalnya apakah objek penilaian dapat
memberi manfaat atau tidak terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan basis dua acuan penilaian tersebut
kiranya sebuah penilaian dapat dicapai secara baik meskipun masih dalam skala
standarisasi penilaian.
Penulis beranggapan bahwa hanya orang-orang yang tidak pahamlah yang berpendapat bahwa
mahasiswa fakultas dakwah tidak marketable dalam konteks persaingan bursa kerja. Indikatornya
adalah: Pertama, mereka
tidak memahami prodi yang ada di fakultas dakwah secara utuh yaitu BPI
(Bimbingan Penyuluhan Islam), MD (manajemen dakwah), Kessos (Kesejahteraan Sosial), PMI (Pengembnagan Masyarakat Islam), dan KPI (Komunikasi dan Penyiaran Islam) masing-masing mempunyai kompetensi dalam
kajian keilmuannya, terlebih KPI yang memang sejatinya konsentrasi dalam ilmu
komunikasi. Kelima jurusan tersebut sebanranya konsep
ideal PTAI sebagaimana diterapkan dalam kampus UIN Jakarta maupun UIN
Yogyakarta.
Kedua, Ketidak tepatan dalam memahami fakultas dakwah juga dapat dilihat
dari bagaimana masyarakat maupun intelektual konservatif dalam memandang sampai
mensikapi apa yang ada dalam prodi KPI secara keliru, misalkan saja fakultas
dakwah sampai saat ini masih dipandang sebagai suatu lembaga yang hanya mampu
pencetak da’i yang notabene hanya berorientasi sebatas pada metode ceramah
saja. Hal serupa juga kian diperparah dengan adanya jastifikasi terhadap
mahasiswa fakultas dakwah yang secara etika intelektual sama sekali tidak patut
dilakukan oleh seorang pimpinan institut.
Disinilah letak kesalahan dalam pemahaman, memaknai dan mensikapi
fakultas dakwah prodi KPI.
Yang perlu ditekankan mulai sekarang adalah
bahwa Fakultas Dakwah UNISNU Jepara merupakan fakultas yang mempunyai program studi komunikasi dan
penyiaran Islam yang sebenarnya mempunyai banyak orientasi, yaitu:
Orientasi Keilmuan/Pendidikan, dan
Orientasi Profesi.
1. Terdapat tiga tujuan khusus dalam Orientasi Keilmuan/Pendidikan, yaitu:
a)
Memfasilitasi
penguatan dan pemberdayaan kemampuan mahasiswa dalam bidang komunikasi
penyiaran dengan landasan nilai-nilai Keislaman.
b)
Mendukung
adaptasi pemahaman mahasiswa dengan
perkembangan yang terjadi di masyarakat menyangkut varian akses sumber
informasi, strategi sosialisasi dan mekanisme sistem komunikasi yang berjalan
di tengah masyarakat.
c)
Memperkuat
kemampuan evaluasi terhadap berbagai gejala yang berkembang dan hasil yang
dicapai dalam proses Komunikasi dan Penyiaran Islam dengan cara membandingkan
fenomena masa lalu dan di saat sekarang, sehingga bisa mengatasi atau paling
tidak mereduksi masalah yang muncul di masa mendatang.
2.
Sedangkan
Frame Orientasi Profesi adalah:
a)
Orientasi
profesi terkait dengan aspek teknis mendia massa (mass media technical framework), misalnya jurnalis, broadcaster, film maker, announcer, advertiser, publisist, profesional media relations.
b)
Orientasi profesi yang terkait dengan aspek
teknis hubungan publik dan komunitas (public
and comunity relation technical framework) misalnya: Event Organizer, Public
relation officer (PRO), media
relation officer, dll.
c) Orientasi profesi yang terkait dengan advokasi dan
kebijakan media komuniakasi (advocacy and
policy of media and communication chanel framework) misalnya: analisis isi
media massa, aktivis advokasi media, pembuat kebijakan dll.
d) Orientasi profesi yang terkait dengan pengarusutamaan
literasi informasi (information literacy
mainstreaming framework), misalnya: trainer,
juru penerang, konsultan komuniakasi dll.
e) Orientasi profesi yang terkait dengan profesionalisme
da’i (professional da’i framework)
misalnya: muballigh, orator, penulis buku-buku Islami dll.
Untuk mengetahui
kompetensi sarjana KPI dapat diimplementasikan melalui dua sifat utama, yaitu:
a.
Pendidikan
berbasis in house dan laboratorium. Dengan demikian pendidikan
yang diselenggarakan harus memadukan antara kajian teori (makro, mezo dan
mikro) di ruang kelas serta pemahaman dasar praktis yang dipusatkan di
laboratorium. Berbagai mata kuliah KPI seyogyanya merujuk pada kedua muatan
tersebut.
b.
Pendidikan
berbasis purposive external placement,
yang kemudian disebut sebagai praktikum lapangan. Kegiatan ini diikuti oleh
mahasiswa KPI di lembaga-lembaga yang sesuai dengan peminatan dan orientasi profesi
mahasiswa (lihat Gun
Gun Haryanto).
Kiranya sudah sangat jelas bahwa opini publik yang mengatakan mahasiswa fakultas dakwah prodi KPI UNISNU Jepara (secara khusus dan prodi KPI
secara umum) tidak berkualitas
terpatahkan ketika kita melihat keterampilan di atas. Apalagi ketika kita bandingkan dengan fakultas lain
yang hanya terpaku pada pendidikan kelas dan berkutat pada persoalan hukum Islam
semata.
Sudah menjadi keharusan bersama
untuk tidak lagi memandang sebelah mata mahasiswa fakultas dakwah prodi KPI setelah mengetahui dan memahami bagaimana arah kompetensi fakultas
dakwah yang sebenarnya karena pada dasarnya semua mahasiswa mempunyai hak yang
sama dalam memperoleh fasilitas maupun pelayanan dalam sebuah pendidikan
kelembagaan tanpa memandang kondisi maupun identitas
mereka.
Solusi
strategis yang diharapkan secara konkrit dapat dimulai dari memperkenalkan dan mengkampanyekan Prodi KPI secara intensif dan berkala kepada masyarakat luas, dengan mengganti nama Fakultas
Dakwah menjadi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, merancang konsep kurikulum yang sesuai dan tepat sebagaimana menggambarkan basic prodi KPI sebagaimana yang diterapkan oleh kampus-kampus mapan
seperti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Karena diakui atau
tidak, ketidak percayaan masyarakat terhadap fakultas dakwah dipengaruhi oleh
hal-hal diatas dan diperparah dengan tidak adanya konsep progres yang jelas
yang dirumuskan oleh pimpinan Fakultas maupun Universitas. Dari sini yang
terjadi adalah orientasi keilmuan atau dalam bahasa penulis alat kelamin fakultas semakin absurd,
bias dan disorientasi. Hal-hal inilah yang semakin memperparah “kegalauan” mahasiswa prodi KPI.
Dengan dilaksanakan agenda-agenda progresif tersebut, maka tujuannya adalah
memberi pemahaman secara benar tentang kompetensi dan potitioning fakultas dakwah yang
memang pada realitasnya tidak hanya sebagai lembaga yang berorientasi pada pencetak sarjana/da’i
yang terpaku pada kegiatan oral dan mimbar saja (public speaking), melainkan dapat
berorientasi lebih dari itu, misalkan sebagai praktisi media massa, jurnalistik
dan broadcasting atau lebih tepatnya dakwah “bit- tadwin”
(melalui buku, kitab dan media elektronika) serta tetap berpegang
pada “strategi mau’izah hasanah”.
Dari
upaya-upaya tersebut di atas lebih jauh harapannya adalah mahasiswa fakultas dakwah mampu
membuka cakrawala nurani dan pemikirannya terhadap pemahaman dinamika pertarungan
yang ada dalam era globalisasi dan tentu mampu dan siap bersaing di dalamnya. Upaya-upaya tersebut merupakan ikhtiyar bersama dalam rangka mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap
fakultas dakwah yang sekiranya salama ini mulai pudar dan hilang kerana
fakultas dakwah dianggap tidak mempunyai kontribusi dan arah yang jelas terhadap
masyarakat secara umum.
Pada
akhirnya, strategi-strategi yang dirumuskan diharapkan mampu merubah kebijakan, struktur dan sistem yang diapandang selama ini kurang tepat dalam mencerminkan
Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).
Aniefy Jr Copr (PP. Biro Keilmuan Forkomnas KPI)
if you don't know don't say anything . . . . kita tunjukan saja sama mereka kalo kita bukan mahasiswa marjinal. tapi kita mahasiswa yang cenggih, mendominasi, punya karya, eksis, dan narsis tentunya . . . . . hehehehehe
BalasHapusSepakat, kulo ndereaken kang mas mbak yu :)
BalasHapusAssalamualaikum, Saya Mahasiswa Institut Agama Islam Al Zaytun Indonesia Fakultas Dakwah (KPI), saya tertarik dengan logo Forkomnas, saya baru mengetahui ada forum ini. Apakah bisa berikan saya informasi tentang forum ini? Karena kami ingin berinteraksi yang baik dengan sesama KPI dimanapun berada. Terima kasih. Walhamdulillah.
BalasHapusblog yang kami miliki adalah http://www.sundreamnews.com/
BalasHapus