PEMBEHARUAN ISLAM (Suatu Analisis Kritis Pemikiran Muhammad Abduh)

Pemikiran pembaharuan di  dunia islam umumnya berpangkal pada asumsi bahwa islam sebagai realitas social pada lingkungan tertentu tersebut sudah tidak relevan lagi dengan dinamika maupun tuntunan zaman. Pola pembaharuan itu mengambil bentuk yang berbeda antara satu tokoh dengan tokoh lainnya. Karena corak  epistemology  yang beragam maka melahirkan aneka model pembaruan yang biasanya ditipologikan dengan reformisme, modernisme, puritanisme, fundamentalisme, sekuralisme dan neo- modernism.
Perkembangan modernism dalam dunia islam menemukan momentum nya pada abad ke 19 meskipun dasar – dasarnya sudah muncul beberapa abad sebelumnya. Momentum  yang dimaksud adalah adanya gerakan politik dan intelektual yang mulai menjamah keberbagai kawasan negeri-negeri islam. Tema gerakan – gerakan itu umunya berkisar pada dua hal, protes melawan kemerosotan internal dan serangan eksternal. Kebangkitan itu bukan berarti bahwa islam dalam kondisi pasif untuk menghadapi perubahan demi perubahan yang terjadi. Pada kenyataannya suatu peradaban tidak lain adalah hasil akumulasi perjalanan pergumulan pemeluk agama yang berdimensi historis dengan ajaran wahyu yang bernilai normative.


Proses dialektis antara keduanya berjalan dari waktu kewaktu dengan diwarnai oleh tingkat dinamika yang bervariasi. Di antara factor terpenting yang menentukan arus perubahan itu adalah sejauh mana gerakan pembaruan dapat terimplementasi secara riil dalam kehidupan.
Sebab berbagai corak epistemology yang beragam maka melahirkan aneka model pembaruan yang biasanya ditipologikan dengan reformisme, modernism, puritanisme, fundamentalisme, sekuralismedan neo modernism. Di antara tokoh modernis terpenting abad ke-19 adalah Muhammad Abduh (1849-1905). Dengan latar belakang kehidupan social,  pendidikan dan keagamaan maka abduh muncul sebagai jawaban atas kegelisahan umat islam yang terkungkung dalam keadaan mudur.

Biografi Muhammad Abduh
Muhamad Abduh dilahirkan pada tahun 1849 di desa Mahallat Nasr, suatu perkampungan agraris termasuk Mesir Hilir Provinsi Gharbiyyah.[1] ayahnya bernama Abduh Hasan Khoirullah berasal dari turki. Menurut riwayat ibunya berasal dari bangsa arab yang silsilahnya sampai ke suku bangsa Umar Bin Khatab.

 Pendidikan Muhamad Abduh di mulai dengan balajar menulis dan membaca di rumah setelah beliau hapal kitab suci al-qur’an pada tahun 1863 ia di kirim oleh orang tuanya ke thamta untuk meluruskan bacaanya dan tajwid di masjid al-ahmadi. Namun karena metode pelajaran tidak sesuai yang diberikan gurunya seperti membiasakan menghapal istilah nahwu atau fiqh akhirnya Muhamad abduh kembali ke mahallat nasr dengan tekad tidak akan kembali lagi belajar. 
Pada tahun 1866 dalam usia 20 tahun beliau menikah dengan modal niat mau menggarap ladang pertanian seperti halnya dengan ayahnya. Tidak lama menikah, ayahnya memaksa beliau untuk kembali ke thamta tetap dalam perjalanan beliau tidak ke thamta tetapi kedesa Kani Sahurin tempat tinggal Syekh Darwish Khadr yang belajar berbagai ilmu agama di mesir. Syekh Darwish mendorong Muhamad Abduh untuk selalu membaca, berkat dorongan Syekh Darwish, Muhamad Abduh kembali menumbuhkan semangatnya untuk belajar dan membaca buku.
Setelah mengalami perubahan mental terhadap belajar, maka ia kembali ke masjid Ahmadi di thamtha untuk belajar. Pada tahun 1866 beliau berangkat ke Kairo untuk belajar di Al-Azhar. Metode pengajaran di Al-Azhar masih sama dengan di masjid Al-Ahmadi yakni metode mengahapal. Kondisi Al-Azhar ketika itu berlawanan dengan kebiasaan merupakan sesuatu kekafiran. Membaca buku geografi, ilmu kalam dan filsafat adalah haram, sedangkan memakai sepatu adalah bid’ah dan bertentangan dengan ajaran Islam sebenarnya.
Situasi dan kondisi masyarakat Muhamad Abduh beku, kaku menutup rapat-rapat pintu ijtihad serta mengabaikan peranan akal di dalam memahami syariah sementara di eropa khususnya kehidupan masyarakat sangat mendewakan akal. Kondisi demikian, pada dekade selanjutnya akan berpengaruh terhadap ke adan mesir.
Namun pengaruh tersebut dirasakan Muhamad Abduh pada saat ia memasuki universitas Al-Azhar sebagai suatu lembaga pendidikan formal yang membina dan ulama-ulama terbagi menjadi dua kelompok. Pertama, kelompok yang menganut pola taqlid yang merupakan kelompok yang mayoritas dan yang kedua, kelompok yang menganut pola tajdid dan merupakan kelompok minoritas. Muhamad Abduh berada di kelompok minoritas yang ketika itu di pelopori antara lain: Syekh Muhamad Al-Basyuni (ahli sastra) dan Syekh Hasan Thawil (ahli filsafat dan logika)
Muhammad Abduh adalah seorang pemikir muslim dari Mesir, dan salah satu penggagas gerakan modernisme Islam. Beliau belajar tentang filsafat dan logika di Universitas Al-Azhar, Kairo, dan juga murid dari Jamal al-Din al-Afghani, seorang filsuf dan pembaharu yang mengusung gerakan Pan-Islamisme untuk menentang penjajahan Eropa di negara-negara Asia dan Afrika.
Abduh diasingkan dari Mesir selama enam tahun pada 1882, karena keterlibatannya dalam Pemberontakan Urabi. Di Libanon, Abduh sempat giat dalam mengembangkan sistem pendidikan Islam. Pada tahun 1884, ia pindah ke Paris, dan bersalam al-Afghani menerbitkan jurnal Islam The Firmest Bond. Salah satu karya Abduh yang terkenal adalah buku berjudul Risalah at-Tawhid yang diterbitkan pada tahun 1897.
Muhammad Abduh terdaftar di al-Azhar pada tahun 1866. Abduh mempelajari logika, filsafat dan mistisisme di Al-Azhar University di Kairo. Dia adalah seorang murid dari Jamal al-Din al-Afghani, seorang filsuf dan pembaharu agama yang menganjurkan Pan-Islamisme untuk melawan kolonialisme Eropa.
Al-Afghani di bawah pengaruh, Abduh dikombinasikan jurnalisme, politik, dan daya tarik sendiri dalam spiritualitas mistik. Al-Afghani Abduh diajarkan tentang masalah Mesir dan dunia Islam dan tentang pencapaian teknologi barat. Di bawah pengaruh al-Afghani, Abduh bergabung dengan Freemason dan belajar tentang Islam klasik di bidang astronomi, logika, metafisika, teologi, dan mistik.
Pada 1877, Abduh dianugerahi tingkat Alim dan ia mulai mengajar logika, teologi dan etika di al-Azhar. Ia diangkat sebagai profesor sejarah di Kairo guru ‘akademi pelatihan ʿ Dar al-Ulum pada tahun 1878. Ia juga ditunjuk untuk mengajar bahasa Arab di Khedivial School of Languages. Abduh diangkat sebagai kepala editor dan al-ʾ i Waqā al-Miṣriyya ʿ, surat kabar resmi negara.
Muhammad Abduh didedikasikan untuk mereformasi semua aspek masyarakat Mesir. Dia percaya bahwa pendidikan adalah cara terbaik untuk mencapai tujuan ini. Ia mendukung pendidikan agama yang baik yang akan memperkuat moral anak dan pendidikan ilmiah yang akan memupuk kemampuan anak untuk alasan. Dalam artikel-artikel yang mengkritik kehidupan mewah orang kaya, korupsi dan takhayul.

Gagasan Pembaharuan
a.       Pembaharu dalam bidang Pendidikan
-          Pola pemikiran pembaharuan pendidikan berorientasi pada pola pendidikan modern di eropa.
-          Pendidkan yang berorientasi pemurnian agama islam.
-          Berorientasi pada kekayaan dan sumber budaya bangsa masing-masing dan bersifat nasionalisme.[2]

b.      Pembaharu dalam bidang Politik
-          pembaharuan negara dapat dicapai melalui pembaharuan umat.
-          Abduh tidak menghendaki jalan revolusi tapi melalui jalan evolusi. Oleh karena itu Abduh tidak menghendaki sikap konfrontatif terhadap penjajah agar dapat memperbaiki umat dari dalam.
-          Dalam soal kekuasaan, Muhammad Abduh memandang perlu membatasi kekuasaan dengan institusi yang jelas.
-          Muhammad Abduh mengajukan prinsip musyawarah yang dipandang dapat mewujudkan kehidupan politik yang demokratis.

c.       Pembaharu dalam bidang social keagamaan
Adapun pokok –pokok pemikiran Muhammad Abduh dibidang sosial keagamaan adalah :
1)Kemajuan agama Islam itu tertutup oleh umat Islam sendiri,dimana umat Islam beku dalam memahami ajaran Islam,dihapalkan maksudnya tapi tidak berusaha mengamalkan isi kandungannya.Dalam hal ini ungkapan Abduh yang terkenal didunia Islam الاسلام محجوب بالمسلمين “Islam itu tertutup oleh pengikut-pengikut Islam itu sendiri”.
2) Akal mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dalam agama Islam. الدين هو العقل لا دين لمن لا عقل له”Agama adalah sejalan dengan akal dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menggunakan akal”.
3) Ajaran Islam sesuai dengan pengetahuan modern begitu pula Ilmu Pengetahuan modern pasti sesuai dengan ajaran Islam.

Pemikiran
a.       Modernis dan cenderung kontra terhadap pemikiran tradisionalis.
b.      Pemikiran islam harus terbuka dan menerima perubahan zaman agar umat islam tidak terkungkung dalam kondisi terbelakang (berfikiran jumud).
c.       Islam harus membuka fikirannya untuk menghadapi tantangan zaman yang semakin berkembang.
d.      Pembelaan islam atas pengaruh dan belenggu Kristen-eropa.
           
Strategi dan Pendekatan Dakwah

Ø  Bidang pendidikan, antara lain:
  1. Rekonstruksi Tujuan Pendidikan Islam
  2. Menggagas Kurikulum Pendidikan Islam yang Integral.
Ø  Penulis Buku
a.       Risalah al Walidah (1873)
b.      Risalah at Tauhid (1885)
c.       Hasyiah ala Syarh al-Dawwaniala al-Adhudiyah (1873)

Ø  Media Massa
a.       Tahun 1880 diangkat menjadi redaktur surat kabar resmi pemerintah “Al-Waqi’ Al-Misriyah”.Yang mempunyai peranan penting dalam perjuangan rakyat Mesir melawan kolonial,dimana surat kabar bukan hanya menyiarkan berita-berita resmi, tetapi juga artikel-artikel tentang kepentingan Mesir dan senantiasa mendorong rasa nasionalisme rakyat Mesir untuk membela negaranya.
b.      Pada tahun1884 Ia bersama-sama Jamaludin Al-Afgani mendirikan majalah “AL-Urwatul Wutsqa” di Paris.
c.       Penulis aktif dalam surat kabar al-Ahram[3].

Keadaan Sosial Budaya
Secara umum kondisi umat islam sampai pada awal abad ke-19 dalam keadaan yang terbelakang. Menurut penilaian Charles C. Adams, keadaan social, moral dan intelektual umat islam pada waktu itu dihinggapi oleh berbagai macam penyakit yang melumpuhkan kekuatannya, antara lain akibat kedangkalan dalam memahami islam secara benar. Sejalan dengan hal tersebut Ahmad Amin mengilustrasikan keadaan umat islam saat itu telah kehilangan ruhnya yang tinggal hanyalah symbol-simbol yang kurang ada maknanya[4].

Nilai & Pelajaran
Nilai dan pelajaran yang dapat kita ambil setelah mempelajari perjalanan Muhammad Abduh, setidaknya ada beberapa poin penting yang dapat kita peroleh, lewat pemikiran pemikiran Abduh dalam rangka memajukan umat islam, yaitu menuntut agar umat islam membuka fikirannya seluas-luas mungkin untuk menghadapi perkembangan zaman, meskipun pemikiran Abduh mendapat pertentangan ulama Mesir karena dianggap keluar dari mainstream saat itu. Abduh juga terbilang sangat berani Karena mengkritisi kelamahan-kelamahan faham Qodariyah, Jabariyah, Mu’tazilah dan Ahlussunnah.

Tantangan Dakwah
Dari latar belakang social budaya abad ke-19, yang secara langsung juga mempengaruhi pemikiran Muhammad Abduh, maka dapat disimpulkan beberapa tantangan dakwah sebagai berikut:
-          Memurnikan kembal iajaran islam
-          Merumuskan kembali ajaran islam sejalan dengan pemikiran modern.

Analisi Kritis Objektif
Mengkaji berbagai segi perjalanan Muhammad Abduh, mulai dari biografi, pemikiran, pembaharuan sampai pada pendekatan dakwah Abduh tentu kita tidak akan dapat mampu menolak segala macam sumbangsih pemikiran yang diberikan kepada umat islam secara universal lewat karya-karya Abduh.
Namun, alangkah baiknya sebagai actor intelektual yang dituntut cerdas dan kritis terhadap segala permasalahan yang ada, baik yang muncul dalam lingkungan social maupun internal akademik yang berkaitan dengan keilmuan mahasiswa seperti halnya dalam analisis seorang tokoh secara objektif dan kritis agar tidak timbul ketimpangan dalam memandang seorang tokoh yang dalam hal ini adalah Muhammad Abduh.
Muhammad Abduh selain di kenal sebagai tokoh dakwah dengan berbagai pendekatan dan metode dakwahnya namun Muhammad Abduh lebih terkenal sebagai tokoh pembaharu pendidikan yang memunculkan ide Rekonstruksi Tujuan Pendidikan Islam danMenggagas Kurikulum Pendidikan Islam yang Integral, dari hal itulah kemudian penulis dapat menyimpulkan bahwa peran Muhammad Abduh dalam bidang dakwah kurang begitu popular dibandingkan dengan pemikirannya dalam bidang pendidikan. Meskipun denikian bagaimanapun juga kita harus mengakui Abduh sebagia salah satu tokoh dakwah muslim yang berkontribusi besar terhadap perubahan dakwah islam melalui pemikiran-pemikiran, pendekatan yang disampaikan pada umat islam.


[1]Ahmad Amir Aziz, PembaharuanTeologiPerspertifModernisme Muhammad Abduhdan Neo-ModernismeFazlurRahman, (Yogyakarta:Teras, 2009), hlm. 09.
[2]Ali Murtadlo, Sejarah Pendidikan Islam, hlm. 48.
[3]Ahmad Amir Aziz, Ibid, hlm. 18.
[4]Ibid, hlm. 02.

1 komentar:

  1. KTA DANA TUNAI TANPA JAMINAN UNTUK APAPUN KEBUTUHAN ANDA . INGIN LIBURAN.RENOVASI RUMAH.PENDIDIKAN.KESEHATAN DLL KITA BANTU PROSES BUNGA 1.99% PROVISI 1.75% UNTUK PENGAJUAN SYARAT LAMPIRAN NYA FC KTP NPWP KARTU KREDIT LIMIT MIN 5 JUTA DAN SUDAH BERJALAN 1 TH . COVER TABUNGAN MELAYANI NASABAH SELURUH INDONESIA BERKAS DAPAT DIKIRIM VIA EMAIL DI rooly88@gmail.com SETELAH BERKAS SAMPAI AKAN DI VERIVIKASI VIA TELPON . PROSES MAKSIMAL 14 HARI KERJA. DANA CAIR 2-3 KALI LIMIT KARTU. JUMLAH PINJAMAN 10-300 JUTA TENOR 36 BULAN. ALAMAT KANTOR KAMI DI PT MIP AGENCY RUKO PANDANARAN LANTAI DUA SEMARANG JL PANDANARAN SEBELUM LAWANG SEWU . BERKAS 100% AMAN DAN RESMI BANK LIHAT PROFIL DI FACEBOOK CHAIRUL SARTO UTOMO Info pengajuan 085600125176 pin 52B77BDC email rooly88@gmail.com Terima Kasih

    BalasHapus